PSIKOANALISIS SOSIAL
Karen Horney
Psikoanalisis adalah
cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai
studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Pada
mulanya Horney merupakan pengikut
Freud, yang
kemudian terpengaruh oleh Carl Gustav Jung dan Alfred Adler. Akhirnya dia
mengembangkan pendekatan kepribadian yang holistik. Manusia berada dalam
satu totalitas pengalaman dan fungsinya, dan bagian-bagian kepribadian seperti
fisikokimia, emosi, kognisi, sosial, kultural, spiritual, hanya dapat
dipelajari dalam hubungannya satu dengan yang lain sebagai suatu kepribadian
yang utuh. Pakar psikoterapi lain seperti Monroe berpendapat teori dan konsep
Horney berbeda secara radikal dengan pikiran Freud dan Freudian, sehingga sukar
mencari kesejajaran antara keduanya. Namun Horney sendiri menyatakan bahwa
“tidak ada hal penting yang dapat dikerjakan diranah psikologi dan psikoterapi
tanpa mengakui temuan fundamental dari Freud.” Menurut Horney, doktrin Freud
yang terpenting adalah:
1. Semua
proses dan event psikis bersifat ditentukan (semua terjadi karena alasan
tertentu, dan bukan terjadi secara random).
2. Semua
tingkah laku mungkin ditentukan oleh motivasi tak sadar.
3. Motivasi
yang mendorong manusia adalah kekuatan yang bersifat emosional dan nonrasional.
Disisi lain, Horney menentang teori
Freud dalam hal:
1. Teori
Freud terlalu mekanistik dan biologik sehingga tidak bisa menggambarkan
keutuhan motivasi dan tingkah
laku
manusia.
2. Perhatian
Freud terhadap interrelasi manusia sangat kecil, sehingga berakibat penekanan
yang salah pada motivasi seksual dan konflik. Seharusnya, keamanan dan
ketidakpuasan (non seksual) yang menjadi kekuatan pendorong berfungsinya
kepribadian.
3. Tingkah laku agresi dan
destruksi bukan hereditas seperti yang dikemukakan Freud, tetapi merupakan
sarana bagaimana orang berusaha melindungi keamanannya.
4. Freud
berpendapat penis envy adalah
gambaran wanita yang inferior dan cemburu karena peran kelaminnya lebih rendah
dari laki-laki, sedang Horney dan Adler berpendapat bahwa penis envy adalah simbolik wanita yang mengingikan persamaan status
dan kekuasaan seperti pria.
Meskipun
menggambarkan orang yang
berfungsi baik,
sebagai terapis, ia
lebih terkait
dengan individu yang disebut
neurotik. Ia percaya bahwa
rumah yang hangat dan penuh kasih
bisa memungkinkan seseorang untuk
menghindari kecemasan neurotik dan konflik seperti Erich Fromm, namun dia juga percaya bahwa aspek tertentu
dari masyarakat kita menciptakan konflik yang intens seperti itu di masyarakat
bahwa mereka mungkin juga perlu banyak "istirahat" untuk menghadapi
tantangan menjadi orang yang sehat.
Horney
percaya neurosis menjadi proses yang
terus menerus terjadi secara sporadis dalam hidup seseorang. Hal ini berbeda
dengan pendapat sebayanya yang percaya bahwa
neurosis, seperti kondisi mental yang lebih parah, kerusakan negatif dari
pikiran dalam menanggapi rangsangan eksternal, seperti kematian, perceraian
atau pengalaman negatif selama masa kanak-kanak dan remaja.
55.
Kebutuhan kasih sayang dan cinta semakin kuat
|
11.
Kurang kehangatan dan cinta orang tua
|
2. Permusuhan dan
kemarahan karena diperlakukan buruk
|
33.
Represi permusuhan agar tidak kehilangan cinta dan keaman yang hanya
sedikit
|
4. Kecemasan dasar
dan permusuhan dasar terus diperkuat kalau lingkaran kecemasan permusuhan
represi berlanjut
|
6 6. Semakin marah karena kebutuhannya semakin
banyak tidak terpenuhi
|
7. Perasaan permusuhan
semakin kuat
|
8. Represi semakin kuat untuk
mempertahankan kasih sayang yang hanya sedikit
|
99. Tegangan kemarahan yang semakin kacau
|
Lingkaran Setan – Kecemasan
Kecemasan dan
permusuhan cenderung ditekan (repress),
atau dikeluarkan dari kesadaran, karena menunjukan rasa takut bisa membuka
kelemahan diri, dan menunjukan rasa marah beresiko dihukum dan kehilangan cinta
dan keamanan. Bayi mengalami proses melingkar,
yang oleh Horney dinamakn Lingkaran setan atau vicious circle. Dimulai sejak akhir, bayi membutuhkan kehangatan
dan kasih sayang untuk dapat menghadapi tekanan lingkungan. (1) Kalau
kehangatan cinta dan kasih sayang ini tidak cukup diperoleh, (2) Bayi menjadi marah
dan muncul perasaan permusuhan karena diperlakukan secara salah itu. (3)
Tetapi kemarahan harus di repress
agar
perolehan cinta dan rasa aman yang hanya sedikit (tidak cukup) itu tidak hilang
sama sekali. (4) Perasaan menjadi kacau, muncul kecemasan dasar dan permusuhan dasar. (5) Kebutuhan
kasih sayang dan cinta semakin besar. (6) Kemungkinan akan semakin banyak
kebutuhan kasih sayang yang tidak terpenuhi sehingga semakin kuat pula perasaan marah
yang timbul. (7) Perasaan permusuhan
menjadi semakin kuat. (8) Repressi
harus semakin kuat dilakukan agar perolehan kasih sayang yang hanya sedikit itu
tidak hilang. (9) Tegangan perasaan kacau, marah, gusar, mangamuk semakin kuat.
Kembali ke (4) ini akan membuat kecemasan dasar dan permusuhan dasar semakin
kuat, dan akan terus semakin parah kalau lingkaran 4 > 5 > 6 > 7 >
8 > 9 > 4 dst. terus
menerus terjadi.
2.1 Kecemasan dan Konflik
(Anxiety and Conflict)
Menurut Horney (Lindzey, 1985), semua orang
mengalami creature anxiety, perasaan cemas yang normal
muncul pada masa bayi, ketika bayi yang lahir dalam keadaan tak berdaya dan
rentan itu dihadapkan dengan kekuatan alam yang
keras dan tidak bisa dikontrol. Bimbingan yang penuh kasih sayang dan cinta
pada awal kehidupan membantu bayi belajar menangani situasi bahaya itu.
Sebaliknya, tanpa
bimbingan yang memadai bayi akan megembangkan basic anxiety, basic hostility, dan terkadang neurotic distress.
2.2 Kecemasan Dasar dan
Permusuhan Dasar (Basic Anxiety and Basic
Hostility)
Kecemasan dasar berasal
dari rasa takut, suatu peningkatan yang
berbahaya dari perasaan tak berteman dan tak berdaya dalam dunia yang penuh ancaman (Horney, 1937). Kecemasan juga telah didefinisikan dalam istilah perilaku
ekspresif, tingkat umum aktivitas, dan seluruh kelas gejala perilaku dan
fisiologis diagnostik. Kecemasan dasar selalu
dibarengi oleh permusuhan dasar, berasal dari perasaan marah, suatu predisposisi
untuk mengantisipasi bahaya dari orang lain dan untuk mencurigai orang lain
itu. Bersama-sama, kecemasan dan permusuhan
membuat orang yakin bahwa dirinya harus dijaga untuk melindungi
keamanannya (Lindzey, 1985).
Kecemasan dasar itu
sendiri bukanlah neurosis, melainkan “lahan subur dimana neurosis dapat
berkembang setiap saat” (Horney, 1937). Kecemasan dasar terjadi terus menerus
dan sulit dihentikan, secara tidak
langsung membutuhkan stimulus tertentu, seperti
menjalani ujian di sekolah atau berpidato. Kecemasan dasar mempengaruhi semua
hubungan yang terjalin dengan orang lain dan mengarah pada cara-cara yang tidak
sehat untuk berhadapan dengan orang lain.
Teori Horney tentang
neurosis didasarkan pada konsep gangguan psikis yang membuat orang terkunci
dalam lingkaran yang membuat tingkah laku tertekan dan tidak produktif, kemudian dikenal sebagai masalah
kecemasan
(Alwisol, 2009).
Bila
teori belajar berurusan dengan kecemasan, dia berurusan terutama dengan
hubungan yang
konsekuen, ketika
eksistensialis berbicara tentang kecemasan, dia khawatir terutama dengan
pengalaman kecemasan, sedangkan ia memiliki perhatian yang relatif sedikit
dengan yg di kondisi belajar.
2.3 Konflik Interpersonal :
Kebebasan versus Kesepian
Konflik adalah
pertentangan antar kekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia, yang tidak
dapat dihindari. Pengalaman
konflik tidak berarti mengidap neurotik. Suatu ketika, harapan, minat, atau
pendirian seseorang bertabrakan dengan orang lain. Konflik dalam diri sendiri
adalah bagian yang integral dari kehidupan manusia, misalnya dihadapkan pilihan
dua keingianan yang arahnya berbeda, atau antara harapan dengan kewajiban atau antara
dua perangkat nilai. Juga, nilai kultural sering mengalami konflik di dalam
maupun dengan nilai di luarnya.
Misalnya, masyarakat mendorong anggotanya untuk berkompetisi meraih prestasi,
tetapi juga mewajibkan orang mempedulikan orang lain dan mendahulukan minat
kepentingan orang lain dari pada kepentingan pribadi. Nilai-nilai tradisioanl
menuntut peran ibu sebagai pengasuh anak bertentangan dengan nilai modern yang
menghargai persamaan
hak pria dan wanita (Alwisol, 2009).
Perbedaan konflik
normal dengan konflik neurotik adalah taraf atau tinggi rendahnya. Setiap orang
memakai berbagai cara mempertahankan diri melawan penolakan, permusuhan, dan
persaingan dari orang lain. Orang normal mampu berbagai macam-macam strategi
pertahanan disesuaikan dengan masalahnya, sedang orang neurotik secara
komplusif memakai strategi pertahanan yang sama yang pada dasarnya tidak
produktif. Orang dengan kecemasan dasar mungkin memulai hidup dengan konflik
yang sangat berat, konflik antara kebutuhan rasa aman dan kebutuhan menyatakan
kebebasan emosi dan pikiran. Semuanya dimulai dari hubungan bayi dengan ibunya,
hubungan antar manusia. Dalam bukunya
Self-Analysis (19242), Horney mengemukakan sepuluh
kebutuhan neurotik,
yakni kebutuhan yang timbul sebagai akibat dari usaha menemukan
pemecahan-pemecahan masalah gangguang antara hubungan manusia.
1.
Kebutuhan
kasih sayang dan penerimaan : keinginan
membabi-buta untuk menyenangkan orang lain dan berbuat sesuai dengan harapan
orang lain. Orang itu mengharapkan dapat diterima baik orang lain, sehingga
berusaha bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain, cenderung takut
berkemauan, dan sangat peka/ tergantung dengan tanda-tanda permusuhan dan
penolakan dari orang lain, dan perasaan permusuhan di dalam dirinya sendiri.
2.
Kebutuhan
partner yang bersedia mengambil alih
kehidupannya
: tidak memiliki kepercayaan diri, berusaha mengikat diri dengan partner yang
kuat. Kebutuhan ini mencakup penghargaan yang berlebihan terhadap cinta, dan
ketakutan akan kesepian dan diabaikan.
3.
Kebutuhan
membatasi kehidupan dalam ranah sempit
: Penderita neurotik
sering berusaha untuk tetap tidak menarik perhatian, menjadi orang ke-dua, puas dengan yang
serba sedikit. Mereka merendahkan nilai kemampuan mereka sendiri, dan takut
menyuruh orang lain.
4.
Kekuasaan
: kekuatan dan kasih sayang memungkin
dua kebutuhan neurotik yang terbesar. Kebutuhan kekuatan, keinginan berkuasa, tidak
menghormati orang lain, memuja kekuatan dan melecehkan kelemahan, yang berwujud
sebagai kebutuhan mengontrol orang lain dan menolak perasaan lemah atau bodoh.
5.
Kebutuhan
mengeksploitasi orang lain : Takut menggunakan
kekuasaan secara terang-terangan, menguasai orang orang lain melalui
eksploitasi dan superiorita intelektual. Neurotik sering mengevaluasi orang
lain berdasarkan bagaimana mereka dapat dimanfaatkan atau dieksploitasi, pada
saat yang sama mereka takut dieksploitasi orang lain.
6.
Kebutuhan
pengakuan sosial atau prestise : Kebutuahan
memperoleh penghargaan sebesar-besarnya dari masyarakat. Banyak orang yang
berjuang melawan kecemasan dasar dengan berusaha menjadi nomor satu, menjadi
yang terpenting, menjadi pusat perhatian.
7.
Kebutuhan
menjadi pribadi yang dikagumi : Pengidap narkotik
memiliki gambaran diri melambung dan ingin dikagumi atas dasar gambaran itu,
bukan atas siapa sesungguhnya
mereka. Inflasi harga diri yang terus menerus terjadi harus ditutupi juga
secara terus menerus dengan penghargaan dan penerimaan dari orang lain.
8.
Kebutuhan
ambisi dan prestasi pribadi : Penderita neurotik sering memiliki dorongan
untuk menjadi yang terbaik, contoh:
penjual terbaik, pemain bowling terbaik, pecinta terbaik. Mereka ingin
menjadi yang terbaik dan
memaksa diri untuk semakin berprestasi sebagai akibat dari perasaan tidak aman,
harus mengalahkan orang lain
untuk manyatakan superioritasnya.
9.
Kebutuhan
mencukupi diri sendiri dan independensi :
Neurotik yang kecewa – gagal menemukan hubungan-hubungan yang hangat dan
memuaskan dengan orang lain yang cenderung akan memisahkan diri tidak mau terikat
dengan orang lain, membuktikan bahwa mereka bisa hidup tanpa orang lain.
Gambaran khas dari sifat “play boy” yang tidak mau terikat dengan wanita
manapun.
10. Kebutuhan kesempurnaan
dan ketaktercelaan : Melalui perjuangan yang tidak
mengenal lelah untuk menjadi sempurna, penderita neurotik membuktikan harga
diri dan superioritas pribadinya. Mereka sangat takut membuat kesalahan dan
mati-matian berusaha menyembunyikan kelemahannya dari orang lain.
Kecemasan
dasar dan permusuhan dasar terbentuk dari konflik antara kebutuhan untuk
keamanan dan kebutuhan untuk mengekspresikan,
emosi fundamental dan
pikiran.
2.4 Konflik
Intrapsikis
Kecenderungan neurotik yang timbul dari kecemasan dasar, berkembang dari
hubungan anak dengan orang lain. Dinamika kejiwaan yang terjadi menekankan pada
konflik budaya dan hubungan antar pribadi. Dalam hal ini Horney tidak
mengabaikan faktor intrapsikis dalam perkembangan kepribadiannya. Menurutnya,
proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman hubungan antar pribadi
kemudian mengembangkan eksistensi dirinya terpisah dari konflik interpersonal.
Untuk dapat memahami konflik intrapsikis yang sarat dengan dinamika diri, perlu
difahami empat gambaran diri dari Horney (Alwisol, 2009), yaitu :
1.
Diri Rendah (Despised Real Self)
Konsep
yang salah tentang kemampuan diri, keberhargaan dan kemenarikan diri, yang
didasarkan pada evaluasi orang lain yang dipercayainya, khususnya orang tuanya.
Evaluasi negative mungkin mendorong oramg untuk merasa tak berdaya.
2.
Diri Nyata (Real Self)
Pandangan
subjektif bagaimana diri yang sebenarnya, mencakup potensi untuk berkembang,
kebahagiaan, kekuatan, kemauan, kemampuan khusus, dan keinginan untuk
“realisasi diri”, keinginan untuk spontan menyatakan diri yang sebenarnya.
3.
Diri Ideal (Ideal Self)
Pandangan
subjektif mengenai diri yang seharusnya, suatu usaha untuk menjadi sempurna dalam
bentuk khayalan, sebagai kompensasi perasaan tidak mampu dan tidak dicintai.
4.
Diri Aktual (Actual Self)
Berbeda
dengan real self yang subektif, aktual self adalah kenyataan objektif diri
seseorang, fisik dan mental apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh persepsi orang
lain.
2.5 Upaya Mengatasi
(Attempts At Coping)
Untuk
mengatasi kecemasan dasar, orang mengembangkan sejumlah strategi. Mereka menciptakan dan berusaha
untuk mewujudkan sebuah citra diri ideal dengan mencapai kesempurnaan, atau
"kemuliaan", mereka
mengembangkan
"sistem kebanggaan" untuk mendukung gambaran ideal, serta satu set
perilaku standar yang mustahil,
atau "keharusan", dan mereka mencoba untuk memungkiri, atau
"mengeksternalisasi", hal-hal dalam diri mereka yang mereka tidak
dapat mengatasi. Semua
upaya ini dapat menghasilkan "keterasingan dari diri"
Mengatasi telah
didefinisikan dalam istilah psikologis oleh Susan Folkman dan Richard Lazarus
sebagai "constantly
changing cognitive and behavioral efforts to manage specific external and/or
internal demands that are appraised as taxing"
(selalu berubah upaya
kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal atau internal tertentu
yang dinilai sebagai beban)
atau "exceeding the resources of the person” (melebihi sumber dari
orang). (Lazarus & Folkman,
1984)
Dengan demikian,
mengatasi (Coping)
merupakan pengeluaran usaha sadar
untuk memecahkan masalah personal
dan interpersonal, dan berusaha untuk menguasai, mengurangi atau mentolerir
stres atau konflik. Mekanisme
coping psikologis
biasanya disebut strategi mengatasi atau keterampilan mengatasi. Istilah
mengatasi umumnya mengacu pada strategi penanggulangan adaptif atau
konstruktif, yaitu strategi mengurangi tingkat stres. Namun, beberapa strategi
penanganan yang dapat dianggap maladaptif, yaitu, tingkat stres meningkat.
Maladaptif mengatasi dengan demikian dapat dijelaskan, pada dasarnya, sebagai
non-coping. Selanjutnya, istilah mengatasi umumnya mengacu reaktif coping,
yaitu, respon coping
berikut stressor. Ini kontras dengan mengatasi proaktif, dimana respon coping bertujuan untuk
mencegah stressor masa depan.
Respon
coping yang sebagian dikendalikan oleh kepribadian (sifat kebiasaan), tetapi
juga sebagian oleh konteks sosial, khususnya sifat dari lingkungan stress.
Gaya
Interpersonal dan Upaya Mengatasi
Sumber: Horney (1942, 1945, 1950)
Upaya mengatasi
|
Gaya interpersonal
|
||
Kerendahan
hati,
Bergerak ke arah lain, Mencari cinta |
Perluasan,
Bergerak melawan lainnya, Berusaha mendominasi |
Pengunduran
diri,
Bergerak menjauh dari orang lain, Berusaha untuk menghindari hubungan |
|
Citra
diri ideal
|
Baik, murah hati, penuh kasih, tidak
egois, simpatik, baik hati, rendah hati, mengorbankan diri
|
Semua-kuat,
tak terkalahkan, bantuan tidak ada yang perlu; intelektual, fisik, moral unggul
|
Independen,
mandiri, berwawasan, mandiri, bebas dari keinginan dan gairah, setia pada satu diri,
unik
|
Mencari
kemuliaan
|
Sempurna cinta; menyerah kepada seseorang
yang akan mengambil alih kehidupan seseorang; kesempurnaan Kristus; kemartiran
|
Absolute
kontrol; berada di atas dan lebih baik dari semua orang; kemenangan dan pembalasan
|
Kebebasan;
ketenangan sempurna, tidak ada masalah, iritasi, mengganggu
|
Sumber
kebanggaan
|
Menjadi baik, baik hati, dicintai (secara
sadar ditolak tetapi ditunjukkan pada hipersensitivitas terhadap dikritik)
|
Intelektual
kekuatan, kewaspadaan, kemampuan untuk mengecoh orang lain, keadilan, pandangan ke depan, perencanaan, berada di
atas luka dan penderitaan
|
Kebijaksanaan
yang "realistis", detasemen,
ketabahan, self-sufficiensy,
kemandirian, ketahanan terhadap pemaksaan, berada di atas kompetisi
|
Sumber
dari rasa membenci diri
|
Rendah diri, kebodohan, kelemahan;
yang dicintai, tidak diinginkan
|
Falibilitas;
kebutuhan akan cinta, spontanitas, kegembiraan hidup
|
Inersia,
kegagalan untuk mencapai apa-apa, kesia-siaan
|
Keharusan
|
Mengembangkan hubungan cinta menjadi
satu harmoni perect, bercinta pasangannya, tidak buang waktu n diri, tidak berusaha
untuk lebih dari satu telah
|
Menyelesaikan tugas
apapun; menangani situasi apapun, memecahkan masalah,
tidak peduli bagaimana kompleks;
menaklukkan segala sesuatu dengan
belaka akan; selalu
benar
|
Melupakan
kesenangan semua; tidak menjadi atached atau terlibat secara emosional dengan siapa pun, tidak harus mengubah
'tidak harus menyesuaikan diri dengan
orang lain kebutuhan
|
Eksternalisasi
|
Kemarahan, permusuhan, dan kebencian
diri, dengan melihat orang lain menuduh atau mengkritik diri sendiri atau
dengan penderitaan dan dengan demikian membuat orang lain merasa bersalah
|
Ketakutan,
kecemasan tak berdaya, dan,
dengan memanggil orang lain ketakutan,
dan lemah; falibilitas sendiri, dengan menunjukkan kebodohan orang lain dan
kesalahan.
|
Kebutuhan
untuk mengontrol dan membuat tuntutan
pada orang lain, dengan melihat orang
lain sebagai menuntut pengajuan
dan sebagai mengganggu kehidupan seseorang
|
2.6 Jenis-jenis strategi
coping
1. Moving toward people
Memiliki ciri-ciri seperti
menganggap orang lain mempunyai arti yang sangat penting dalam hidupnya,
mempunyai sikap tergantung pada orang lain, ingin disenangi, dicintai dan
diterima, bersikap intrapunitif (suka menghukum/ menyalahkan diri sendiri)
serta mengorbankan diri sendiri dan tidak individualistis.
2. Moving against people
Mempunyai ciri-ciri seperti
bersikap agresif, oposisional (bertentangan dengan orang lain), ingin menguasai
dan menindas orang lain, tidak pernah memperlihatkan rasa takut maupun rasa
belas kasihan serta menjalin hubungan dengan orang lain berdasarkan
pertimbangan untung dan rugi. Sementara untuk orang yang memiliki orientasi.
3. Moving away from people
Mempunyai ciri-ciri seperti
menjauh atau lari dari realitas, tidak mau mengadakan keterlibatan emosi dengan
orang lain baik dengan mencintai, berkelahi atau berkompetisi dan individu ini
selalu berusaha agar bisa hidup tanpa orang lain dan benar-benar tidak ingin
tergantung pada orang lain. (Wagner, 1996).
2.7 Citra Diri Ideal dan Pencarian Kemuliaan
(The Idealized Self-Image and The Search For Glory)
Karena
mereka merasa rendah diri, orang dengan kecemasan dasar mengembangkan citra
diri yang ideal seperti
sebuah gambar (dan sebagian besar tidak sadar) imajiner dari diri sebagai
prssessor kekuasaan tak terbatas dan kualitas superlatif. Diri yang sebenarnya orang ini adalah berada dalam kehidupan
sehari-hari, sering dihina karena gagal memenuhi persyaratan dari gambaran
ideal. Semua orang mendengar
cacian diri mereka sendiri untuk beberapa
kesalahan kecil: "apa saya idiot?
bagaimana bisa saya lakukan hal bodoh seperti itu?" Horney menyarankan bahwa
hanya orang yang diam-diam percaya kesempurnaan mereka sendiri (atau potensial
untuk kesempurnaan) yang sangat
toleran terhadap ketidak
sempurnaan
mereka. (Lindzey, 1985)
Mendasari
tentang diri ideal dan diri
yang sebenarnya adalah diri sejati, yang terungkap oleh sebagai orang hanya
untuk menumpahkan berbagai teknik pengembangan
untuk menangani kecemasan
dasar dan mencari cara untuk mengatasi konflik. Diri
sejati bukan merupakan perusahaan tetapi suatu "kekuatan" yang
mendorong pertumbuhan dan realisasi diri
(Horney, 1950).
Dalam
pencarian kemuliaan, orang tersebut mencoba untuk memenuhi citra diri yang ideal. Formulasi yang mirip
dengan "superiority striving"
Adler, mencari kemuliaan dari
perjuangan normal
untuk prestasi dapat dibedakan dalam tiga cara: Perjuangan neurotik yang memaksa, tidak pandang
bulu, dan tidak pernah puas.
Horney juga berbagi
pandangan Abraham Maslow bahwa aktualisasi diri adalah sesuatu yang semua orang
perjuangkan. Dengan "diri" dia mengerti inti dari keberadaannya
sendiri dan potensi. Horney percaya bahwa jika kita memiliki konsepsi yang
akurat tentang diri kita sendiri, maka kita bebas untuk menyadari potensi kita
dan mencapai apa yang kita inginkan, dalam batas-batas yang wajar. Dengan
demikian, ia percaya bahwa aktualisasi diri adalah tujuan orang yang sehat
melalui kehidupan yang bertentangan dengan neurotik itu menempel satu set
kebutuhan utama.
Menurut Horney kita
dapat memiliki dua pandangan tentang diri
kita: "diri sejati" dan "diri ideal". Diri yang sebenarnya
adalah siapa dan apa kita sebenarnya. Diri ideal adalah tipe orang kita merasa
bahwa kita seharusnya. Diri yang sebenarnya memiliki potensi untuk pertumbuhan,
kebahagiaan, akan kekuasaan, realisasi hadiah, dll, tetapi juga memiliki
kekurangan. Diri ideal digunakan sebagai model untuk membantu diri sejati dalam
mengembangkan potensinya dan mencapai aktualisasi diri. (Engler 125) Tetapi
penting untuk mengetahui perbedaan antara diri kita yang ideal dan nyata.
Diri orang neurotik
yang dibagi antara diri ideal dan diri sejati, akibatnya individu neurotik merasa bahwa
mereka tidak hidup sesuai dengan diri ideal. Dengan demikian, neurotik adalah
seperti pendulum jam, berosilasi antara "kesempurnaan" keliru dan
merupakan manifestasi dari diri kebencian. Horney disebut fenomena ini sebagai
"tirani dari keharusan" dan putus asa yang neurotik yang
"mencari kemuliaan".
Dia
menyimpulkan bahwa sifat-sifat tertanam jiwa selamanya mencegah potensi
individu dari yang diaktualisasikan kecuali siklus neurosis entah bagaimana
rusak, melalui pengobatan atau sebaliknya.
2.8 Sistem Kebanggaan (The Pride System)
Sistem
kebanggaan terdiri dari dua fenomena yang mau tidak mau menemani satu sama lain. Kebanggaan neurotik adalah kebanggaan
palsu karena diinvestasikan dalam hal-hal yang mendukung citra diri yang ideal, seperti menjadi lebih
kuat atau lebih kecerdasan dari orang lain. Perasaan
rendah diri yang mendasari citra diri ideal, bersama dengan
kegagalan akan
menghasilkan kebencian terhadap diri
sendri. Setiap
kegagalan meningkatkan kebencian
diri
seseorang dan kebutuhannya untuk mempertahankan kebanggaan dalam diri ideal.
2.9 "Harus" (The “Shoulds”)
Dalam
upaya lebih jauh untuk mendukung citra diri ideal, orang mengembangkan
keharusan, yaitu satu
set tuntutan pada diri yang "sama sekali terlalu sulit dan terlalu
kaku". Contohnya:
seorang mahasiswa di tahun terakhir kuliah menulis makalah senior, melakukan
proyek penelitian, menjabat sebagai presiden asosiasi mahasiswa, menulis kolom
untuk koran kampus, bermain klarinet di sebuah klub lokal, dan mencoba untuk
melanjutkan kehidupan sosial yang luas. Ketika
ia melakukan kesalahan gramatikal
kecil dalam kolom, temannya bertanya apa ia berusaha untuk membuktikan.
Keharusan
didasarkan pada asumsi bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan mudah, tidak
peduli fakta apa yang akan
mempengaruhi. Misalnya,
seorang profesor sejarah seni merasa bahwa dia harus bisa menulis sebuah
artikel tentang seorang pelukis romanian,
jelas dalam beberapa hari dan melemparkan menjadi depresi karena tulisannya
tidak mengalir. Ia
mengabaikan fakta bahwa sebelum mulai menulis, dia harus melakukan penelitian,
mengorganisir pikirannya, mempertimbangkan apakah ia telah mengatakan sesuatu,
dan membuat garis yang jelas.
2.10 Mengasingkan diri (Alienation From Self)
Citra
diri diartikan secara total tidak
sama dengan nyata diri, dan externalization adalah satu pengingkaran dari nyata
diri. Kerenggangan dari diri
punyai jangkauan luas akibat adanya kepribadian dan hidup. Orang-orang meyakini
bahwa yang lain adalah reponsible untuk kesulitan mereka. Semakin sedikit cara yang tersedia untuk mendorong ke arah realisasi diri, akhirnya sistem bangga
mencegah orang-orang dari tanggung
jawab
asumsi untuk mereka sendiri. Misalnya,
kalau seseorang tidak dapat mengenali bahwa dia adalah penghasut dari
perilakunya sendiri, dia akan enggan
untuk melahirkan konsekuensi
dari perilaku itu dan dia tidak akan mengenali bahwa hanya dia yang dapat melakukan sesuatu tentang
kesulitan yang diakibatkan oleh ini.
2.11 Neurotik "Solusi" Untuk Konflik
(Neurotic “Solution” to Conflict: Horney’s Model of
Interpersonal Styles)
Sesuai
dengan Horney, orang-orang
berhubungan dengan diri
mereka sendiri. Saat
manusia berkembang, mereka belajar
mempergunakan sesuatu yang
lain dari gaya hubungan antar pribadi ini. Walaupun
orang-orang biasanya lebih suka satu gaya,
namun mereka mampu untuk mengekspresikannya. Orang-orang yang belum pernah
menaklukkan kecemasan dasar
dan permusuhan dasar, bagaimanapun tidak dapat tahan terhadap konflik.
2.12 Melupakan Diri Sendiri (Self-Effecment)
Orang-orang
yang melupakan dirinya sendiri
jarang menyatakan kebutuhan mereka
secara terbuka. Mereka
mungkin melebih-lebihkan rasa dari ketakberdayaan dan derita, hal itu untuk memperoleh
keprihatinan. Citra
diri mereka idealkan dengan menekankan
kasih sayang. Ketika mereka tidak menerima dengan persetujuan orang lain, mungkin mereka
akan berusaha untuk
memperoleh persetujuan itu,
dan kalau mereka mengalami kekecewaan,
maka lingkaran setan
yang lain akan
berjalan.
2.13 Perkembangan
(Lindzey,
1985), Kekuatan pemotivasi mereka adalah
penentuan untuk mengatasi tiap-tiap rintangan. Ada tiga jenis perkembangan, yaitu:
1. Narcissistic.
2. Perfectionistic.
3. Arrogant-vindictive.
Orang-orang
Narcissistic tampak sangat tinggi dan
percaya
diri, tidak punya keraguan, sadar dari bakat dan
keterampilan mereka sendiri. Horney
sering berkata, orang-orang yang demikian menyukai anak-anak. Mereka sering menjadi
penuh kasih dan dermawan tapi hanya sebagai antisipasi kemurahan hati kembali. Horney
melihat narsisme cukup berbeda dari Freud, Kohut, dan teori psikoanalitik utama. Karena ia tidak
menempatkan sebuah narsisme primer,
tetapi melihat kepribadian narsistik sebagai produk dari jenis tertentu dari
lingkungan awal yang bekerja pada jenis temperamen tertentu. Baginya, kebutuhan
narsis dan kecenderungan tersebut tidak melekat dalam sifat manusia.
Narsisme berbeda dari
strategi Horney yang defensif atau solusi bukan dalam kompensasi. Idealisasi diri adalah kompensasi
dalam teori, tapi hal itu berbeda dari narsisisme. Semua strategi defensif
melibatkan idealisasi diri, tetapi dalam penyelesaiannya,
narsis cenderung menjadi produk dari kegemaran
bukan kekurangan. Harga
diri para narsisis tidak
kuat, karena tidak didasarkan pada prestasi asli
Orang-orang
Perfectionistic mendasari rasa mereka dari keadaan diatas para cendekiawan dan
standar moral. Hal yang berada
di luar mereka merupakan kegagalan mereka. Mempunyai standar yang tinggi, yang dapat memberikan orang-orang ini satu
perasaan sebagai penguasaan.
Orang-orang Arrogant-vindictive
sangat biasanya mempunyai "particularly bad human
experiences", penghinaan, pengabaian,
atau kekejaman seperti itu, dan mereka yakin bahwa orang lain itu tak jujur dan berhati
dengki. Mereka merupakan pesaing yang tinggi
dan bangga dari kemampuan mereka untuk memperdayakan yang lain.
2.14 Pengunduran
Diri (Resignation)
Pengunduran
diri berpotensi paling destruktif dari semua penderita neurotic "solusi" ini
memaksudkan untuk menarik diri dari
bidang hubungan interpersonal
dan dengan demikian hidup sendiri. Horney
menyarankan beberapa
cara, dalam lingkungan awal dari
orang-orang pasrah,
buat permintaan berlebihan pada mereka untuk mencocokkan dan mengancam untuk melanda mereka tanpa memandang
ke ciri khas mereka.
Orang-orang pasrah mungkin melibatkan
pada beberapa aktivitas bervariasi kecuali tanpa kedalaman atau persetujuan
yang mengikat. Mereka
mungkin berkata,
lakukan, dan bahkan mereka berpikir
apa yang diharapkan pada
lingkungan tertentu, demi pendapat orang lain. Ketika seseorang mencoba untuk berhubungan dengan
orang-orang demikian di beberapa cara, sesuatu menyadari kedangkalan dari
adaptasi mereka. Erich
Fromm, mendiskusikan
satu kepribadian serupa yang
dia namakan "marketing" jenis. Dikatakan satu kerusakan permanen pada
kapasitas orang untuk mengalami derita emosional yang sebenarnya. Horney tidak sependapat dengannya,
dinyatakan dengan orang-orang yang demikian mengungkapkan di
pengobatan, "sangat melupakan
kesedihan, benci diri dan benci untuk orang lain, mengasihani diri, berputus asa,
bimbang" mereka tidak cacat, dia minta dengan tegas, tapi terlibat dalam
satu tekad dari bagian dalam hidup.
Horney
menyarankan faktor masa anak-anak itu mungkin menyebabkan adopsi dari corak
mode tertentu, dia mungkin akan cepat untuk mengatakan yang mengecualikan ke aturan. Faktor lain pada hidup
awal anak dan mungkin faktor biologi juga mungkin mempengaruhinya atau perkembangannya.
2.15 Psikologi Feminin
Horney juga pelopor dalam
disiplin psikiatri feminin, juga sebagai
salah satu psikiater wanita pertama yang
menyajikan
makalah tentang psikiatri feminin. Empat belas makalah dia tulis antara tahun 1922
dan 1937 yang digabung menjadi satu buku
yang berjudul Feminine Psychology. Sebagai
seorang wanita, ia merasa bahwa pemetaan dari tren dalam perilaku perempuan
adalah pengabaian masalah.
Dalam esainya yang berjudul "The Problem of Feminine
Masochism" Horney merasa dia membuktikan
bahwa budaya dan masyarakat di seluruh dunia mendorong perempuan bergantung pada
laki-laki untuk cinta mereka, wibawa,
kekayaan, perawatan dan perlindungan. Perempuan dianggap sebagai objek pesona
dan keindahan-berbeda dengan tujuan akhir setiap manusia dari aktualisasi diri.
Wanita, menurut Horney,
secara tradisional memperoleh nilai hanya melalui anak-anak mereka dan keluarga
yang lebih luas. Dia menyentuh lebih lanjut mengenai hal ini dalam esainya "The
Distrust Between the Sexes" di mana ia
membandingkan hubungan suami-istri ke orang tua-anak, hubungan kesalah pahaman yang melahirkan
neurosis merugikan.
Horney percaya bahwa
pria dan wanita memiliki dorongan untuk menjadi cerdik dan produktif. Wanita
dapat memuaskan kebutuhan normal dan batin.
Untuk melakukan hal ini, mereka hamil dan melahirkan. Pria akan puas hanya perlu melalui
cara-cara eksternal.
Horney mengusulkan agar prestasi mencolok dari pria dalam pekerjaan atau bidang
lain dapat dilihat sebagai kompensasi atas ketidakmampuan mereka untuk
melahirkan anak-anak.
Horney
mengembangkan idenya sejauh bahwa ia merilis salah satu buku "self-help" pertama pada tahun
1946, yang Are You Considering
Psychoanalysis?.
Buku ini menegaskan bahwa orang-orang, baik pria dan wanita, dengan masalah
neurotik yang relatif kecil, pada dasarnya bisa menjadi psikiater sendiri. Dia
terus menerus menekankan bahwa kesadaran diri adalah bagian untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih kaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar