Selasa, 15 April 2014

Psikologi sosial Karen Horney




PSIKOANALISIS SOSIAL 
Karen Horney
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Pada mulanya Horney merupakan pengikut Freud, yang kemudian terpengaruh oleh Carl Gustav Jung dan Alfred Adler. Akhirnya dia mengembangkan pendekatan kepribadian yang holistik. Manusia berada dalam satu totalitas pengalaman dan fungsinya, dan bagian-bagian kepribadian seperti fisikokimia, emosi, kognisi, sosial, kultural, spiritual, hanya dapat dipelajari dalam hubungannya satu dengan yang lain sebagai suatu kepribadian yang utuh. Pakar psikoterapi lain seperti Monroe berpendapat teori dan konsep Horney berbeda secara radikal dengan pikiran Freud dan Freudian, sehingga sukar mencari kesejajaran antara keduanya. Namun Horney sendiri menyatakan bahwa “tidak ada hal penting yang dapat dikerjakan diranah psikologi dan psikoterapi tanpa mengakui temuan fundamental dari Freud.” Menurut Horney, doktrin Freud yang terpenting adalah:
1.    Semua proses dan event psikis bersifat ditentukan (semua terjadi karena alasan tertentu, dan bukan terjadi secara random).
2.    Semua tingkah laku mungkin ditentukan oleh motivasi tak sadar.
3.    Motivasi yang mendorong manusia adalah kekuatan yang bersifat emosional dan nonrasional.
Disisi lain, Horney menentang teori Freud dalam hal:
1.    Teori Freud terlalu mekanistik dan biologik sehingga tidak bisa menggambarkan keutuhan motivasi dan tingkah laku manusia.
2.    Perhatian Freud terhadap interrelasi manusia sangat kecil, sehingga berakibat penekanan yang salah pada motivasi seksual dan konflik. Seharusnya, keamanan dan ketidakpuasan (non seksual) yang menjadi kekuatan pendorong berfungsinya kepribadian.
3.    Tingkah laku agresi dan destruksi bukan hereditas seperti yang dikemukakan Freud, tetapi merupakan sarana bagaimana orang berusaha melindungi keamanannya.
4.    Freud berpendapat penis envy adalah gambaran wanita yang inferior dan cemburu karena peran kelaminnya lebih rendah dari laki-laki, sedang Horney dan Adler berpendapat bahwa penis envy adalah simbolik wanita yang mengingikan persamaan status dan kekuasaan seperti pria.
Meskipun menggambarkan orang yang berfungsi baik, sebagai terapis, ia lebih terkait dengan individu yang disebut neurotik. Ia percaya bahwa rumah yang hangat dan penuh kasih bisa memungkinkan seseorang untuk menghindari kecemasan neurotik dan konflik seperti Erich Fromm, namun dia juga percaya bahwa aspek tertentu dari masyarakat kita menciptakan konflik yang intens seperti itu di masyarakat bahwa mereka mungkin juga perlu banyak "istirahat" untuk menghadapi tantangan menjadi orang yang sehat.
Horney percaya neurosis menjadi proses yang terus menerus terjadi secara sporadis dalam hidup seseorang. Hal ini berbeda dengan pendapat sebayanya yang percaya bahwa neurosis, seperti kondisi mental yang lebih parah, kerusakan negatif dari pikiran dalam menanggapi rangsangan eksternal, seperti kematian, perceraian atau pengalaman negatif selama masa kanak-kanak dan remaja.
55. Kebutuhan kasih sayang dan cinta semakin kuat
Horney percaya asumsi-asumsi ini menjadi kurang penting, kecuali untuk pengaruh masa anak-anak. Sebaliknya, dia menekankan signifikan terhadap ketidak pedulian orangtua terhadap anak, percaya bahwa persepsi seorang anak tentang peristiwa, yang bertentangan dengan niat orang tua, adalah kunci untuk memahami neurosis seseorang.
 11. Kurang kehangatan dan cinta orang tua
     2. Permusuhan dan kemarahan karena diperlakukan buruk
 33. Represi permusuhan agar tidak kehilangan cinta dan keaman yang hanya sedikit
   4. Kecemasan dasar dan permusuhan dasar terus diperkuat kalau lingkaran kecemasan permusuhan represi berlanjut
6 6. Semakin marah karena kebutuhannya semakin banyak tidak terpenuhi
7. Perasaan permusuhan semakin kuat
     8. Represi semakin kuat untuk mempertahankan kasih sayang yang hanya sedikit
99. Tegangan kemarahan yang semakin kacau 
   
Lingkaran Setan – Kecemasan
Kecemasan dan permusuhan cenderung ditekan (repress), atau dikeluarkan dari kesadaran, karena menunjukan rasa takut bisa membuka kelemahan diri, dan menunjukan rasa marah beresiko dihukum dan kehilangan cinta dan keamanan. Bayi mengalami proses melingkar, yang oleh Horney dinamakn Lingkaran setan atau vicious circle. Dimulai sejak akhir, bayi membutuhkan kehangatan dan kasih sayang untuk dapat menghadapi tekanan lingkungan. (1) Kalau kehangatan cinta dan kasih sayang ini tidak cukup diperoleh, (2) Bayi menjadi marah dan muncul perasaan permusuhan karena diperlakukan secara salah itu. (3) Tetapi kemarahan harus di repress agar perolehan cinta dan rasa aman yang hanya sedikit (tidak cukup) itu tidak hilang sama sekali. (4) Perasaan menjadi kacau, muncul kecemasan dasar dan permusuhan dasar. (5) Kebutuhan kasih sayang dan cinta semakin besar. (6) Kemungkinan akan semakin banyak kebutuhan kasih sayang yang tidak terpenuhi sehingga semakin kuat pula perasaan marah yang timbul. (7) Perasaan permusuhan  menjadi semakin kuat. (8) Repressi harus semakin kuat dilakukan agar perolehan kasih sayang yang hanya sedikit itu tidak hilang. (9) Tegangan perasaan kacau, marah, gusar, mangamuk semakin kuat. Kembali ke (4) ini akan membuat kecemasan dasar dan permusuhan dasar semakin kuat, dan akan terus semakin parah kalau lingkaran 4 > 5 > 6 > 7 > 8 > 9 > 4 dst. terus menerus terjadi.
2.1     Kecemasan dan Konflik (Anxiety and Conflict)
Menurut Horney (Lindzey, 1985), semua orang mengalami creature anxiety, perasaan cemas yang normal muncul pada masa bayi, ketika bayi yang lahir dalam keadaan tak berdaya dan rentan itu dihadapkan dengan kekuatan alam yang keras dan tidak bisa dikontrol. Bimbingan yang penuh kasih sayang dan cinta pada awal kehidupan membantu bayi belajar menangani situasi bahaya itu. Sebaliknya, tanpa bimbingan yang memadai bayi akan megembangkan basic anxiety, basic hostility, dan terkadang neurotic distress.
2.2     Kecemasan Dasar dan Permusuhan Dasar (Basic Anxiety and Basic Hostility)
Kecemasan dasar berasal dari rasa takut, suatu peningkatan yang berbahaya dari perasaan tak berteman dan tak berdaya dalam dunia yang penuh ancaman (Horney, 1937). Kecemasan juga telah didefinisikan dalam istilah perilaku ekspresif, tingkat umum aktivitas, dan seluruh kelas gejala perilaku dan fisiologis diagnostik. Kecemasan  dasar selalu dibarengi oleh permusuhan dasar, berasal dari perasaan marah, suatu predisposisi untuk mengantisipasi bahaya dari orang lain dan untuk mencurigai orang lain itu. Bersama-sama, kecemasan dan permusuhan  membuat orang yakin bahwa dirinya harus dijaga untuk melindungi keamanannya (Lindzey, 1985).
Kecemasan dasar itu sendiri bukanlah neurosis, melainkan “lahan subur dimana neurosis dapat berkembang setiap saat” (Horney, 1937). Kecemasan dasar terjadi terus menerus dan sulit dihentikan, secara tidak langsung membutuhkan stimulus tertentu, seperti menjalani ujian di sekolah atau berpidato. Kecemasan dasar mempengaruhi semua hubungan yang terjalin dengan orang lain dan mengarah pada cara-cara yang tidak sehat untuk berhadapan dengan orang lain.
Teori Horney tentang neurosis didasarkan pada konsep gangguan psikis yang membuat orang terkunci dalam lingkaran yang membuat tingkah laku tertekan dan tidak produktif, kemudian dikenal sebagai masalah kecemasan (Alwisol, 2009).
Bila teori belajar berurusan dengan kecemasan, dia berurusan terutama dengan hubungan yang konsekuen, ketika eksistensialis berbicara tentang kecemasan, dia khawatir terutama dengan pengalaman kecemasan, sedangkan ia memiliki perhatian yang relatif sedikit dengan yg di kondisi belajar.
2.3     Konflik Interpersonal : Kebebasan versus Kesepian
Konflik adalah pertentangan antar kekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia, yang tidak dapat dihindari. Pengalaman konflik tidak berarti mengidap neurotik. Suatu ketika, harapan, minat, atau pendirian seseorang bertabrakan dengan orang lain. Konflik dalam diri sendiri adalah bagian yang integral dari kehidupan manusia, misalnya dihadapkan pilihan dua keingianan yang arahnya berbeda, atau antara harapan dengan kewajiban atau antara dua perangkat nilai. Juga, nilai kultural sering mengalami konflik di dalam maupun dengan nilai di luarnya. Misalnya, masyarakat mendorong anggotanya untuk berkompetisi meraih prestasi, tetapi juga mewajibkan orang mempedulikan orang lain dan mendahulukan minat kepentingan orang lain dari pada kepentingan pribadi. Nilai-nilai tradisioanl menuntut peran ibu sebagai pengasuh anak bertentangan dengan nilai modern yang menghargai persamaan hak pria dan wanita (Alwisol, 2009).
Perbedaan konflik normal dengan konflik neurotik adalah taraf atau tinggi rendahnya. Setiap orang memakai berbagai cara mempertahankan diri melawan penolakan, permusuhan, dan persaingan dari orang lain. Orang normal mampu berbagai macam-macam strategi pertahanan disesuaikan dengan masalahnya, sedang orang neurotik secara komplusif memakai strategi pertahanan yang sama yang pada dasarnya tidak produktif. Orang dengan kecemasan dasar mungkin memulai hidup dengan konflik yang sangat berat, konflik antara kebutuhan rasa aman dan kebutuhan menyatakan kebebasan emosi dan pikiran. Semuanya dimulai dari hubungan bayi dengan ibunya, hubungan antar manusia. Dalam bukunya Self-Analysis (19242), Horney mengemukakan sepuluh kebutuhan neurotik, yakni kebutuhan yang timbul sebagai akibat dari usaha menemukan pemecahan-pemecahan masalah gangguang antara hubungan manusia.
1.        Kebutuhan kasih sayang dan penerimaan : keinginan membabi-buta untuk menyenangkan orang lain dan berbuat sesuai dengan harapan orang lain. Orang itu mengharapkan dapat diterima baik orang lain, sehingga berusaha bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain, cenderung takut berkemauan, dan sangat peka/ tergantung dengan tanda-tanda permusuhan dan penolakan dari orang lain, dan perasaan permusuhan di dalam dirinya sendiri.
2.        Kebutuhan partner yang bersedia mengambil alih kehidupannya : tidak memiliki kepercayaan diri, berusaha mengikat diri dengan partner yang kuat. Kebutuhan ini mencakup penghargaan yang berlebihan terhadap cinta, dan ketakutan akan kesepian dan diabaikan.
3.        Kebutuhan membatasi kehidupan dalam ranah sempit : Penderita neurotik sering berusaha untuk tetap tidak menarik perhatian, menjadi orang ke-dua, puas dengan yang serba sedikit. Mereka merendahkan nilai kemampuan mereka sendiri, dan takut menyuruh orang lain.
4.        Kekuasaan : kekuatan dan kasih sayang memungkin dua kebutuhan neurotik yang terbesar. Kebutuhan kekuatan, keinginan berkuasa, tidak menghormati orang lain, memuja kekuatan dan melecehkan kelemahan, yang berwujud sebagai kebutuhan mengontrol orang lain dan menolak perasaan lemah atau bodoh.
5.        Kebutuhan mengeksploitasi orang lain : Takut menggunakan kekuasaan secara terang-terangan, menguasai orang orang lain melalui eksploitasi dan superiorita intelektual. Neurotik sering mengevaluasi orang lain berdasarkan bagaimana mereka dapat dimanfaatkan atau dieksploitasi, pada saat yang sama mereka takut dieksploitasi orang lain.
6.        Kebutuhan pengakuan sosial atau prestise : Kebutuahan memperoleh penghargaan sebesar-besarnya dari masyarakat. Banyak orang yang berjuang melawan kecemasan dasar dengan berusaha menjadi nomor satu, menjadi yang terpenting, menjadi pusat perhatian.
7.        Kebutuhan menjadi pribadi yang dikagumi : Pengidap narkotik memiliki gambaran diri melambung dan ingin dikagumi atas dasar gambaran itu, bukan atas siapa sesungguhnya mereka. Inflasi harga diri yang terus menerus terjadi harus ditutupi juga secara terus menerus dengan penghargaan dan penerimaan dari orang lain.
8.        Kebutuhan ambisi dan prestasi pribadi : Penderita neurotik sering memiliki dorongan untuk menjadi yang terbaik, contoh: penjual terbaik, pemain bowling terbaik, pecinta terbaik. Mereka ingin menjadi yang terbaik dan memaksa diri untuk semakin berprestasi sebagai akibat dari perasaan tidak aman, harus mengalahkan orang lain untuk manyatakan superioritasnya.
9.        Kebutuhan mencukupi diri sendiri dan independensi : Neurotik yang kecewa – gagal menemukan hubungan-hubungan yang hangat dan memuaskan dengan orang lain yang cenderung akan memisahkan diri tidak mau terikat dengan orang lain, membuktikan bahwa mereka bisa hidup tanpa orang lain. Gambaran khas dari sifat “play boy” yang tidak mau terikat dengan wanita manapun.
10.    Kebutuhan kesempurnaan dan ketaktercelaan : Melalui perjuangan yang tidak mengenal lelah untuk menjadi sempurna, penderita neurotik membuktikan harga diri dan superioritas pribadinya. Mereka sangat takut membuat kesalahan dan mati-matian berusaha menyembunyikan kelemahannya dari orang lain.
Kecemasan dasar dan permusuhan dasar terbentuk dari konflik antara kebutuhan untuk keamanan dan kebutuhan untuk mengekspresikan, emosi fundamental dan pikiran.
2.4     Konflik Intrapsikis
Kecenderungan neurotik yang timbul dari kecemasan dasar, berkembang dari hubungan anak dengan orang lain. Dinamika kejiwaan yang terjadi menekankan pada konflik budaya dan hubungan antar pribadi. Dalam hal ini Horney tidak mengabaikan faktor intrapsikis dalam perkembangan kepribadiannya. Menurutnya, proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman hubungan antar pribadi kemudian mengembangkan eksistensi dirinya terpisah dari konflik interpersonal. Untuk dapat memahami konflik intrapsikis yang sarat dengan dinamika diri, perlu difahami empat gambaran diri dari Horney (Alwisol, 2009), yaitu :
1.             Diri Rendah (Despised Real Self)
          Konsep yang salah tentang kemampuan diri, keberhargaan dan kemenarikan diri, yang didasarkan pada evaluasi orang lain yang dipercayainya, khususnya orang tuanya. Evaluasi negative mungkin mendorong oramg untuk merasa tak berdaya.
2.             Diri Nyata (Real Self)
          Pandangan subjektif bagaimana diri yang sebenarnya, mencakup potensi untuk berkembang, kebahagiaan, kekuatan, kemauan, kemampuan khusus, dan keinginan untuk “realisasi diri”, keinginan untuk spontan menyatakan diri yang sebenarnya.
3.             Diri Ideal (Ideal Self)
          Pandangan subjektif mengenai diri yang seharusnya, suatu usaha untuk menjadi sempurna dalam bentuk khayalan, sebagai kompensasi perasaan tidak mampu dan tidak dicintai.
4.             Diri Aktual (Actual Self)
          Berbeda dengan real self yang subektif, aktual self adalah kenyataan objektif diri seseorang, fisik dan mental apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh persepsi orang lain.
2.5     Upaya Mengatasi (Attempts At Coping)
Untuk mengatasi kecemasan dasar, orang mengembangkan sejumlah strategi. Mereka menciptakan dan berusaha untuk mewujudkan sebuah citra diri ideal dengan mencapai kesempurnaan, atau "kemuliaan", mereka mengembangkan "sistem kebanggaan" untuk mendukung gambaran ideal, serta satu set perilaku standar yang mustahil, atau "keharusan", dan mereka mencoba untuk memungkiri, atau "mengeksternalisasi", hal-hal dalam diri mereka yang mereka tidak dapat mengatasi. Semua upaya ini dapat menghasilkan "keterasingan dari diri"
Mengatasi telah didefinisikan dalam istilah psikologis oleh Susan Folkman dan Richard Lazarus sebagai "constantly changing cognitive and behavioral efforts to manage specific external and/or internal demands that are appraised as taxing" (selalu berubah upaya kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal atau internal tertentu yang dinilai sebagai beban) atau "exceeding the resources of the person (melebihi sumber dari orang). (Lazarus & Folkman, 1984)
Dengan demikian, mengatasi (Coping) merupakan pengeluaran usaha sadar untuk memecahkan masalah personal dan interpersonal, dan berusaha untuk menguasai, mengurangi atau mentolerir stres atau konflik. Mekanisme coping psikologis biasanya disebut strategi mengatasi atau keterampilan mengatasi. Istilah mengatasi umumnya mengacu pada strategi penanggulangan adaptif atau konstruktif, yaitu strategi mengurangi tingkat stres. Namun, beberapa strategi penanganan yang dapat dianggap maladaptif, yaitu, tingkat stres meningkat. Maladaptif mengatasi dengan demikian dapat dijelaskan, pada dasarnya, sebagai non-coping. Selanjutnya, istilah mengatasi umumnya mengacu reaktif coping, yaitu, respon coping berikut stressor. Ini kontras dengan mengatasi proaktif, dimana respon coping bertujuan untuk mencegah stressor masa depan. Respon coping yang sebagian dikendalikan oleh kepribadian (sifat kebiasaan), tetapi juga sebagian oleh konteks sosial, khususnya sifat dari lingkungan stress.
Gaya Interpersonal dan Upaya Mengatasi
Sumber: Horney (1942, 1945, 1950)
Upaya mengatasi
Gaya interpersonal
Kerendahan hati,
Bergerak ke arah lain,
Mencari cinta
Perluasan,
Bergerak melawan lainnya,
Berusaha mendominasi
Pengunduran diri,
Bergerak menjauh dari orang lain,
Berusaha untuk menghindari hubungan
Citra diri ideal
Baik, murah hati, penuh kasih, tidak egois, simpatik, baik hati, rendah hati, mengorbankan diri
Semua-kuat, tak terkalahkan, bantuan tidak ada yang perlu; intelektual, fisik, moral unggul
Independen, mandiri, berwawasan, mandiri, bebas dari keinginan dan gairah, setia pada satu diri, unik
Mencari kemuliaan
Sempurna cinta; menyerah kepada seseorang yang akan mengambil alih kehidupan seseorang; kesempurnaan Kristus; kemartiran
Absolute kontrol; berada di atas dan lebih baik dari semua orang; kemenangan dan pembalasan
Kebebasan; ketenangan sempurna, tidak ada masalah, iritasi, mengganggu
Sumber kebanggaan
Menjadi baik, baik hati, dicintai (secara sadar ditolak tetapi ditunjukkan pada hipersensitivitas terhadap dikritik)
Intelektual kekuatan, kewaspadaan, kemampuan untuk mengecoh orang lain, keadilan, pandangan ke depan, perencanaan, berada di atas luka dan penderitaan
Kebijaksanaan yang "realistis", detasemen, ketabahan, self-sufficiensy, kemandirian, ketahanan terhadap pemaksaan, berada di atas kompetisi
Sumber dari rasa membenci diri
Rendah diri, kebodohan, kelemahan; yang dicintai, tidak diinginkan
Falibilitas; kebutuhan akan cinta, spontanitas, kegembiraan hidup
Inersia, kegagalan untuk mencapai apa-apa, kesia-siaan
Keharusan
Mengembangkan hubungan cinta menjadi satu harmoni perect, bercinta pasangannya, tidak buang waktu n diri, tidak berusaha untuk lebih dari satu telah

Menyelesaikan tugas apapun; menangani situasi apapun, memecahkan masalah, tidak peduli bagaimana kompleks; menaklukkan segala sesuatu dengan belaka akan; selalu benar
Melupakan kesenangan semua; tidak menjadi atached atau terlibat secara emosional dengan siapa pun, tidak harus mengubah 'tidak harus menyesuaikan diri dengan orang lain kebutuhan
Eksternalisasi
Kemarahan, permusuhan, dan kebencian diri, dengan melihat orang lain menuduh atau mengkritik diri sendiri atau dengan penderitaan dan dengan demikian membuat orang lain merasa bersalah
Ketakutan, kecemasan tak berdaya, dan, dengan memanggil orang lain ketakutan, dan lemah; falibilitas sendiri, dengan menunjukkan kebodohan orang lain dan kesalahan.
Kebutuhan untuk mengontrol dan membuat tuntutan pada orang lain, dengan melihat orang lain sebagai menuntut pengajuan dan sebagai mengganggu kehidupan seseorang
 2.6    Jenis-jenis strategi coping
1.  Moving toward people
     Memiliki ciri-ciri seperti menganggap orang lain mempunyai arti yang sangat penting dalam hidupnya, mempunyai sikap tergantung pada orang lain, ingin disenangi, dicintai dan diterima, bersikap intrapunitif (suka menghukum/ menyalahkan diri sendiri) serta mengorbankan diri sendiri dan tidak individualistis.
2.  Moving against people
     Mempunyai ciri-ciri seperti bersikap agresif, oposisional (bertentangan dengan orang lain), ingin menguasai dan menindas orang lain, tidak pernah memperlihatkan rasa takut maupun rasa belas kasihan serta menjalin hubungan dengan orang lain berdasarkan pertimbangan untung dan rugi. Sementara untuk orang yang memiliki orientasi.
3.  Moving away from people
     Mempunyai ciri-ciri seperti menjauh atau lari dari realitas, tidak mau mengadakan keterlibatan emosi dengan orang lain baik dengan mencintai, berkelahi atau berkompetisi dan individu ini selalu berusaha agar bisa hidup tanpa orang lain dan benar-benar tidak ingin tergantung pada orang lain. (Wagner, 1996).
2.7     Citra Diri Ideal dan Pencarian Kemuliaan (The Idealized Self-Image and The Search For Glory)
Karena mereka merasa rendah diri, orang dengan kecemasan dasar mengembangkan citra diri yang ideal seperti sebuah gambar (dan sebagian besar tidak sadar) imajiner dari diri sebagai prssessor kekuasaan tak terbatas dan kualitas superlatif. Diri yang sebenarnya orang ini adalah berada dalam kehidupan sehari-hari, sering dihina karena gagal memenuhi persyaratan dari gambaran ideal. Semua orang mendengar cacian diri mereka sendiri untuk beberapa kesalahan kecil: "apa saya idiot? bagaimana bisa saya lakukan hal bodoh seperti itu?" Horney menyarankan bahwa hanya orang yang diam-diam percaya kesempurnaan mereka sendiri (atau potensial untuk kesempurnaan) yang sangat toleran terhadap ketidak sempurnaan mereka. (Lindzey, 1985)
Mendasari tentang diri ideal dan diri yang sebenarnya adalah diri sejati, yang terungkap oleh sebagai orang hanya untuk menumpahkan berbagai teknik pengembangan untuk menangani kecemasan dasar dan mencari cara untuk mengatasi konflik. Diri sejati bukan merupakan perusahaan tetapi suatu "kekuatan" yang mendorong pertumbuhan dan realisasi diri (Horney, 1950).
Dalam pencarian kemuliaan, orang tersebut mencoba untuk memenuhi citra diri yang ideal. Formulasi yang mirip dengan "superiority striving" Adler, mencari kemuliaan dari perjuangan normal untuk prestasi dapat dibedakan dalam tiga cara: Perjuangan neurotik yang memaksa, tidak pandang bulu, dan tidak pernah puas.
Horney juga berbagi pandangan Abraham Maslow bahwa aktualisasi diri adalah sesuatu yang semua orang perjuangkan. Dengan "diri" dia mengerti inti dari keberadaannya sendiri dan potensi. Horney percaya bahwa jika kita memiliki konsepsi yang akurat tentang diri kita sendiri, maka kita bebas untuk menyadari potensi kita dan mencapai apa yang kita inginkan, dalam batas-batas yang wajar. Dengan demikian, ia percaya bahwa aktualisasi diri adalah tujuan orang yang sehat melalui kehidupan yang bertentangan dengan neurotik itu menempel satu set kebutuhan utama.
Menurut Horney kita dapat memiliki dua pandangan tentang diri kita: "diri sejati" dan "diri ideal". Diri yang sebenarnya adalah siapa dan apa kita sebenarnya. Diri ideal adalah tipe orang kita merasa bahwa kita seharusnya. Diri yang sebenarnya memiliki potensi untuk pertumbuhan, kebahagiaan, akan kekuasaan, realisasi hadiah, dll, tetapi juga memiliki kekurangan. Diri ideal digunakan sebagai model untuk membantu diri sejati dalam mengembangkan potensinya dan mencapai aktualisasi diri. (Engler 125) Tetapi penting untuk mengetahui perbedaan antara diri kita yang ideal dan nyata.
Diri orang neurotik yang dibagi antara diri ideal dan diri sejati, akibatnya individu neurotik merasa bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan diri ideal. Dengan demikian, neurotik adalah seperti pendulum jam, berosilasi antara "kesempurnaan" keliru dan merupakan manifestasi dari diri kebencian. Horney disebut fenomena ini sebagai "tirani dari keharusan" dan putus asa yang neurotik yang "mencari kemuliaan". Dia menyimpulkan bahwa sifat-sifat tertanam jiwa selamanya mencegah potensi individu dari yang diaktualisasikan kecuali siklus neurosis entah bagaimana rusak, melalui pengobatan atau sebaliknya.
2.8     Sistem Kebanggaan (The Pride System)
Sistem kebanggaan terdiri dari dua fenomena yang mau tidak mau menemani satu sama lain. Kebanggaan neurotik adalah kebanggaan palsu karena diinvestasikan dalam hal-hal yang mendukung citra diri yang ideal, seperti menjadi lebih kuat atau lebih kecerdasan dari orang lain. Perasaan rendah diri yang mendasari citra diri ideal, bersama dengan kegagalan akan menghasilkan kebencian terhadap diri sendri. Setiap kegagalan meningkatkan kebencian diri seseorang dan kebutuhannya untuk mempertahankan kebanggaan dalam diri ideal.

2.9     "Harus" (The “Shoulds”)
Dalam upaya lebih jauh untuk mendukung citra diri ideal, orang mengembangkan keharusan, yaitu satu set tuntutan pada diri yang "sama sekali terlalu sulit dan terlalu kaku". Contohnya: seorang mahasiswa di tahun terakhir kuliah menulis makalah senior, melakukan proyek penelitian, menjabat sebagai presiden asosiasi mahasiswa, menulis kolom untuk koran kampus, bermain klarinet di sebuah klub lokal, dan mencoba untuk melanjutkan kehidupan sosial yang luas. Ketika ia melakukan kesalahan gramatikal kecil dalam kolom, temannya bertanya apa ia berusaha untuk membuktikan.
Keharusan didasarkan pada asumsi bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan mudah, tidak peduli fakta apa yang akan mempengaruhi. Misalnya, seorang profesor sejarah seni merasa bahwa dia harus bisa menulis sebuah artikel tentang seorang pelukis romanian, jelas dalam beberapa hari dan melemparkan menjadi depresi karena tulisannya tidak mengalir. Ia mengabaikan fakta bahwa sebelum mulai menulis, dia harus melakukan penelitian, mengorganisir pikirannya, mempertimbangkan apakah ia telah mengatakan sesuatu, dan membuat garis yang jelas.
2.10   Mengasingkan diri (Alienation From Self)
Citra diri diartikan secara total tidak sama dengan nyata diri, dan externalization adalah satu pengingkaran dari nyata diri. Kerenggangan dari diri punyai jangkauan luas akibat adanya kepribadian dan hidup. Orang-orang meyakini bahwa yang lain adalah reponsible untuk kesulitan mereka. Semakin sedikit cara yang tersedia untuk mendorong ke arah realisasi diri, akhirnya sistem bangga mencegah orang-orang dari tanggung jawab asumsi untuk mereka sendiri. Misalnya, kalau seseorang tidak dapat mengenali bahwa dia adalah penghasut dari perilakunya sendiri, dia akan enggan untuk melahirkan konsekuensi dari perilaku itu dan dia tidak akan mengenali bahwa hanya dia yang dapat melakukan sesuatu tentang kesulitan yang diakibatkan oleh ini.
2.11   Neurotik "Solusi" Untuk Konflik (Neurotic “Solution” to Conflict: Horney’s Model of Interpersonal Styles)
Sesuai dengan Horney, orang-orang berhubungan dengan diri mereka sendiri. Saat manusia berkembang, mereka belajar mempergunakan sesuatu yang lain dari gaya hubungan antar pribadi ini. Walaupun orang-orang biasanya lebih suka satu gaya, namun mereka mampu untuk mengekspresikannya. Orang-orang yang belum pernah menaklukkan kecemasan dasar dan permusuhan dasar, bagaimanapun tidak dapat tahan terhadap konflik.
2.12   Melupakan Diri Sendiri (Self-Effecment)
Orang-orang yang melupakan dirinya sendiri jarang menyatakan kebutuhan mereka secara terbuka. Mereka mungkin melebih-lebihkan rasa dari ketakberdayaan dan derita, hal itu untuk memperoleh keprihatinan. Citra diri mereka idealkan dengan menekankan kasih sayang. Ketika mereka tidak menerima dengan persetujuan orang lain, mungkin mereka akan berusaha untuk memperoleh persetujuan itu, dan kalau mereka mengalami kekecewaan, maka lingkaran setan yang lain akan berjalan. 
2.13   Perkembangan
(Lindzey, 1985), Kekuatan pemotivasi mereka adalah penentuan untuk mengatasi tiap-tiap rintangan. Ada tiga jenis perkembangan, yaitu:
1.      Narcissistic.
2.      Perfectionistic.
3.      Arrogant-vindictive.
Orang-orang Narcissistic tampak sangat tinggi dan percaya diri, tidak punya keraguan, sadar dari bakat dan keterampilan mereka sendiri. Horney sering berkata, orang-orang yang demikian menyukai anak-anak. Mereka sering menjadi penuh kasih dan dermawan tapi hanya sebagai antisipasi kemurahan hati kembali. Horney melihat narsisme cukup berbeda dari Freud, Kohut, dan teori psikoanalitik utama. Karena ia tidak menempatkan sebuah narsisme primer, tetapi melihat kepribadian narsistik sebagai produk dari jenis tertentu dari lingkungan awal yang bekerja pada jenis temperamen tertentu. Baginya, kebutuhan narsis dan kecenderungan tersebut tidak melekat dalam sifat manusia.
Narsisme berbeda dari strategi Horney yang defensif atau solusi bukan dalam kompensasi. Idealisasi diri adalah kompensasi dalam teori, tapi hal itu berbeda dari narsisisme. Semua strategi defensif melibatkan idealisasi diri, tetapi dalam penyelesaiannya, narsis cenderung menjadi produk dari kegemaran bukan kekurangan. Harga diri para narsisis tidak kuat, karena tidak didasarkan pada prestasi asli
Orang-orang Perfectionistic mendasari rasa mereka dari keadaan diatas para cendekiawan dan standar moral. Hal yang berada di luar mereka merupakan kegagalan mereka. Mempunyai standar yang tinggi, yang dapat memberikan orang-orang ini satu perasaan sebagai penguasaan.
Orang-orang Arrogant-vindictive  sangat biasanya mempunyai "particularly bad human experiences", penghinaan, pengabaian, atau kekejaman seperti itu, dan mereka yakin bahwa orang lain itu tak jujur dan berhati dengki. Mereka merupakan pesaing yang tinggi dan bangga dari kemampuan mereka untuk memperdayakan yang lain.
2.14   Pengunduran Diri (Resignation)
Pengunduran diri berpotensi paling destruktif dari semua penderita neurotic "solusi" ini memaksudkan untuk menarik diri dari bidang hubungan interpersonal dan dengan demikian hidup sendiri. Horney menyarankan beberapa cara, dalam lingkungan awal dari orang-orang pasrah, buat permintaan berlebihan pada mereka untuk mencocokkan dan mengancam untuk melanda mereka tanpa memandang ke ciri khas mereka.
Orang-orang pasrah mungkin melibatkan pada beberapa aktivitas bervariasi kecuali tanpa kedalaman atau persetujuan yang mengikat. Mereka mungkin berkata, lakukan, dan bahkan mereka berpikir apa yang diharapkan pada lingkungan tertentu, demi pendapat orang lain. Ketika seseorang mencoba untuk berhubungan dengan orang-orang demikian di beberapa cara, sesuatu menyadari kedangkalan dari adaptasi mereka. Erich Fromm, mendiskusikan satu kepribadian serupa yang dia namakan "marketing" jenis. Dikatakan satu kerusakan permanen pada kapasitas orang untuk mengalami derita emosional yang sebenarnya. Horney tidak sependapat dengannya, dinyatakan dengan orang-orang yang demikian mengungkapkan di pengobatan, "sangat melupakan kesedihan, benci diri dan benci untuk orang lain, mengasihani diri, berputus asa, bimbang" mereka tidak cacat, dia minta dengan tegas, tapi terlibat dalam satu tekad dari bagian dalam hidup.
Horney menyarankan faktor masa anak-anak itu mungkin menyebabkan adopsi dari corak mode tertentu, dia mungkin akan cepat untuk mengatakan yang mengecualikan ke aturan. Faktor lain pada hidup awal anak dan mungkin faktor biologi juga mungkin mempengaruhinya atau perkembangannya.
2.15   Psikologi Feminin
Horney juga pelopor dalam disiplin psikiatri feminin, juga sebagai salah satu psikiater wanita pertama yang menyajikan makalah tentang psikiatri feminin. Empat belas makalah dia tulis antara tahun 1922 dan 1937 yang digabung menjadi satu buku yang berjudul Feminine Psychology. Sebagai seorang wanita, ia merasa bahwa pemetaan dari tren dalam perilaku perempuan adalah pengabaian masalah. Dalam esainya yang berjudul "The Problem of Feminine Masochism" Horney merasa dia membuktikan bahwa budaya dan masyarakat di seluruh dunia mendorong perempuan bergantung pada laki-laki untuk cinta mereka, wibawa, kekayaan, perawatan dan perlindungan. Perempuan dianggap sebagai objek pesona dan keindahan-berbeda dengan tujuan akhir setiap manusia dari aktualisasi diri.
Wanita, menurut Horney, secara tradisional memperoleh nilai hanya melalui anak-anak mereka dan keluarga yang lebih luas. Dia menyentuh lebih lanjut mengenai hal ini dalam esainya "The Distrust Between the Sexes" di mana ia membandingkan hubungan suami-istri ke orang tua-anak, hubungan kesalah pahaman yang melahirkan neurosis merugikan.
Horney percaya bahwa pria dan wanita memiliki dorongan untuk menjadi cerdik dan produktif. Wanita dapat memuaskan kebutuhan normal dan batin. Untuk melakukan hal ini, mereka hamil dan melahirkan. Pria akan puas hanya perlu melalui cara-cara eksternal. Horney mengusulkan agar prestasi mencolok dari pria dalam pekerjaan atau bidang lain dapat dilihat sebagai kompensasi atas ketidakmampuan mereka untuk melahirkan anak-anak.
Horney mengembangkan idenya sejauh bahwa ia merilis salah satu buku "self-help" pertama pada tahun 1946, yang Are You Considering Psychoanalysis?. Buku ini menegaskan bahwa orang-orang, baik pria dan wanita, dengan masalah neurotik yang relatif kecil, pada dasarnya bisa menjadi psikiater sendiri. Dia terus menerus menekankan bahwa kesadaran diri adalah bagian untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih kaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar